v Budaya Organisasi
Seperti halnya individu, organisasi juga mempunyai
kepribadian. Kepribadian pada sebuah organisasi lebih dikenal dengan nama
budaya organisasi. Secara etimologi, budaya organisasi terdiri dari dua kata,
yaitu budaya dan organisasi. Organisasi merupakan suatu sistem yang mantap dari
sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu
jenjang kepangkatan dan pembagian. Sedangkan pengertian budaya adalah suatu set
nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan cara berpikir yang
dipertemukan oleh para anggota organisasi dan diterima oleh anggota baru.
Budaya organisasi merupakan penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang
terkait, bekerja di bawah naungan suatu organisasi.
Budaya organisasi akan membentuk identitas organisasi atau
jati diri organisasi. Identitas organisasi sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kebanggaan yang akan mengembangkan budaya kerja. Budaya kerja yang terbentuk
secara solid di dalam tubuh organisasi tidak hanya meningkatkan kinerja
organisasi tetapi juga membentuk citra baik organisasi. Suatu budaya yang kuat
ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepakati
secara luas. Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti
dan semakin besar komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut,
semakin kuat suatu budaya. Sejalan dengan defenisi ini, suatu budaya yang
kuat jelas sekali akan memiliki pengaruh yang besar dalam sikap anggota
organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah. Hasil spesifik dari suatu
budaya yang kuat adalah keluar masuknya pekerja yang rendah. Suatu budaya yang
kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi mengenai tujuan organisasi
diantara anggota-anggotanya.
Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya organisasi menunjukkan suatu
karakteristik tertentu,sebagai berikut:
1. Inisiatif Individual, merupakan
tingkat tanggung jawab, kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki individu untuk
mengemukakan pendapatnya.
2. Toleran terhadap resiko, menunjukkan
suatu tingkatan dimana pekerja di dorong berani mengambil resiko, menjadi
agresif dan inovatif.
3. Menentukan arah,merupakan kemampuan
organisasi menciptakan tujuan yang jelas dan menetapkan harapan kinerja.
4. Integrasi, merupakan tingkatan
dimana unit dalam organisasi didorong untuk beroperasi dengan cara
terkoordinasi.
5. Dukungan Manajemen,tingkatan dimana
manajer mengusahakan komunikasi yang jelas, bantuan dan dukungan pada
bawahannya.
6. Kontrol, merupakan sejumlah aturan
dan pengawasan langsung yang dipergunakan untuk melihat dan mengawasi perilaku
pekerja.
7. Identitas, merupakan tingkatan
dimana anggota mengidentifikasi bersama organisasi secara keseluruhan daripada
dengan kelompok kerja atau bidang keahlian professional tertentu.
8. Sistem Penghargaan, merupakan suatu
tingkatan dimana alokasi penghargaan, kenaikan gaji atau promosi, didasarkan
pada kriteria kinerja pekerja, dan bukan pada senioritas atau favoritisme.
9. Toleran terhadap konflik, merupakan
suatu keadaan dimana pekerja didorong untuk menyampaikan atau menerima konflik
dan kritik secara terbuka.
10. Pola komunikasi, merupakan suatu
keadaan dimana komunikasi organisasional dibatasi pada kewenangan hirarkhi
formal.
Manfaat
Budaya Organisasi
Budaya organisasi membantu mengarahkan sumberdaya manusia
pada pencapaian visi,misi,dantujuan organisasi. Disamping itu akan meningkatkan
kekompakan team antar berbagai departemen,divisi atau unit dalam
organisasi,sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi
bersama-sama.
·
Budaya
organisasi membentuk perilaku staff dengan mendorong pencampuran core values
dan perilaku yang diinginkan,sehingga memungkinkan organisasi bekerja lebih
efisien dan efektif.
·
Budaya
organisasi akan meningkatkan motivasi staff dengan memberi mereka perasaan memiliki,loyalitas,kepercayaan
dan nilai-nilai,dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan
organisasi.
·
Budaya
organisasi dapat memperbaiki perilaku dan motivasi sumberdaya manusia sehingga
meningkatkan kinerjanya dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi
v Kreativitas Organisasi
Proses krativitas organisasi, menurut
Hicks, dimulai dari sebuah ide, dan kemudian ide ini secara otomatis
ditransformasi menjadi sebuah kegiatan inovatif. Banyak ide baru diciptakan
oleh orang-orang yang tidak memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam tugas
organisasi (Jones,
1998).
Seharusnya ide-ide dari mereka ini
ditampung dan disalurkan melalui saluran struktur yang ada guna perbaikan
proses layanan dan proses operasional organisasi. Ide-ide yang”liar” dan tidak
tertampung ini akan berakibat menjadi semacam keluhan dari orang-orang yang
memiliki ide tadi. Maka masalah pokok organisasi bukan dikarenakan oleh
“kemiskinan” kreativitas, tetapi media penampungan dan penyaluran ide agar ide
dan gagasan yang datang dari berbagai macam ini dapat diimplementasikan dalam
bentuk manfaat praktis.
Metode penyediaan tampungan dan
penyaluran ide ini harus didukung oleh orang-orang yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab dalam organisasi. Sesungguhnya, kreativitas itu bukan barang
langka, justru yang langka adalah implementasi dari ide itu sendiri.
Adapun
perkembangan sebuah ide, diikuti tiga macam tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan kemunculan sebuah ide.
Sebuah bisnis
tipikal akan diawali dari pemikiran seseorang yang memiliki ide tertentu, yang
menurut keyakinannya akan menyebabkan timbulnya sebuah produk atau jasa yang
akan diminta dan diminati oleh pasar. Dengan sendirinya ide tersebut perlu
menawarkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan apa yang dapat
diproduksi dengan biaya yang lebih rendah, dibandingkan dengan produk atau jasa
yang telah ada dipasar. Pemikiran kreatif sangat dibutuhkan pada tahapan
pemunculan ide semacam itu.Thomas Alva Edison yang memiliki ide kreatif
menciptaakan lampu pijar. Idenya ini ternyata memiliki rentetan yang sangat
panjang, baik dalam pengembangan produk lampu pijar yang beraneka ragam, maupun
dalam hal penyediaan sumber tenaga (energi) bagi lampu, mulai dari baterai
sampai pembangkit tenaga listrik. Semua lini kreatif Edison sangat bermanfaat
bagi organisasi di dalam mengembangkan bisnisnya.
2. Tahapan pelaksanaan sebuah ide
Pelaksanaan merupakan tahapan kedua
dalam pemanfaatan ide-ide dalam organisasi. Ide-ide muncul pada tahapan
insepsi, dan mereka kemudian dikonversi dalam praktek pada tahapan pelaksanaan.
Pada tahapan insepsi, pengembangan pemikiran kreatif sangat mendominasi,
sedangkan pada tahapan pelaksanaan ide justru pemikiran analitikal yang lebih
memainkan peranannya. Kemunculan kreativitas pada tahapan pelaksanaan justru
tidak diinginkan, karena akan menimbulkan kondisi yang tidak terkoordinasi dan
akan terjadi pemborosan.
Pada tahapan pelaksanaan, organisasi-organisasi mulai
mementingkan delegasi wewenang, struktur organisasi yang bersangkutan,
standard-standard kinerja organisasi dan kinerja karyawan, pengawasan biaya,
pengawasan mutu dan hal-hal lain yang diperlukan agar pekerjaan dapat
dilaksanakan secara efisien. Pemikiran analitikal sangat dibutuhkan pada
tataran ini, karena ia akan membantu timbulnya sebuah organisasi dimana
pekerjaan banyak orang dapat dikoordinasi secara efisien.
3. Pembaruan sebuah ide.
Sebuah produk atau jasa yang berhasil,
suatu ketika akan diganti oleh inovasi-inovasi lain. Akan tetapi para manajer
analitikal yang perlu melaksanakan pengembangan ide, sering kali tidak
berkemampuan dalam hal mengajukan ide-ide bagi pembaruan. Penolakan atau
tantangan terhadap ide-ide baru, pada pihak yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pengembangan ide, seringkali muncul oleh karena ide-ide baru
tersebut akan menggantikan produk atau jasa. Pada hal, produk atau jasa yang
baru dapat dilihat dari sisi keunggulannya, baik keunggulan kompetitif maupun
keunggulan komparasi (Winardi, 2003).
Jadi, organisasi di dalam mengembangkan kreativitasnya
sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki kapasitas pemikiran kreatif dan
pemikiran analitikal. Pemikiran kratif diperlukan organisasi pada tahapan
insepsi untuk masing-masing ide. Ketika ide yang ada akan dilaksanakan, maka
organisasi membutuhkan orang-orang yang memiliki kapasitas pemikiran
analitikal.
v Inovasi dalam Organisasi
Inovasi merupakan konsep yang terus berkembang dari waktu ke
waktu. Tren dari keberhasilan pada masa sekarang merupakan indikasi dari
terwujudnya dampak inovasi. Inovasi banyak memberikan dampak terhadap kondisi
organisasi maupun kreatifitas dimana inovasi berasal, baik perorangan maupun
organisasi. Dinamika perubahan lingkungan yang begitu cepat yang ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sumber daya manusia
yang berkualitas dan selalu belajar.
Inovasi merupakan upaya mempertahankan keberadaan organisasi
dalam lingkungan. Inovasi dalam suatu organisasi menjadi hal yang penting
dilakukan untuk membawa organisasi menjadi lebih baik dalam pencapaian tujuan
dan tepat sasaran secara efektif dan efisien. Adanya inovasi organisasi
diharapkan dapat menanggapi kompleksitas lingkungan dan dinamisasi perubahan
lingkungan, terutama dalam persaingan yang ketat dan menciptakan sumber-sumber
bagi keunggulan bersaing.
Pengertian Inovasi dalam Organisasi
Pengertian inovasi adalah suatu ide,
barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil
invention maupun diskoveri (Udin Syaefudin, 2010 : 3). Dengan melihat secara
singkat apa pengertian organisasi dan pengertian inovasi, maka kita dapat
memperoleh gambaran bahwa di dalam sebuah organisasi juga memungkinkan
terjadinya sebuah inovasi. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa inovasi
dalam organisasi adalah sesuatu hal yang baru yang berupa apapun yang terjadi
di dalam sebuah organisasi formal maupun organisasi informal. Inovasi yang
terjadi dalam sebuah organisasi merupakan proses kemajuan organisasi tersebut,
namun berbagai hambatan dan rintangan akan terjadi saat inovasi itu mulai
memasuki organisasi. Dengan memahami proses inovasi dalam organisasi
setidaknya akan dapat mengurangi kegoncangan organisasi dalam melaksanakan
difusi inovasi.
Keputusan
Inovasi dalam Organisasi
Pengambilan keputusan dalam suatu organisasi sangat penting
karena menyangkut masa depan organisasi, apakah keputusan itu membawa
keberhasilan ataukah kegagalan dikarenakan kesalahan dalam mengambil keputusan.
Dalam kaitannya dengan inovasi, metode ataupun cara yang dilakukan tidaklah
sama dengan langkah-langkah pengambilan keputusan biasa dimana resiko sudah
diketahui, maka perbedaannya disini adalah bahwa pengambilan keputusan inovasi
itu dimulai dengan adanya serba tak tentu (uncertainty).
Dalam organisasi, hal-hal atau faktor yang merangsang adanya
inovasi ialah terjadinya performance gaps (kesenjangan penampilan) yaitu
kondisi dimana adanya perbedaan antara apa yang ditampilkan dengan apa yang
seharusnya dilakukan ketika keputusan diambil. Dalam hal ini bisa saja
berbentuk macam-macam masalah organisasi.
Proses Inovasi dalam Organisasi
Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai
menerapkan (implementasi) inovasi. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas
itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda
antara orang satu atau organisasi satu dengan yang lain tergantung kepada
kepekan orang atau organisasi terhadap inovasi.
Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan
selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan
berakhir. Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi
kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta
perubahan apa saja yang terjadi dalam inovasi, maka hasilnya diketemukan
pentahapan proses inovasi. Untuk memperluas wawasan tentang pentahapan proses
inovasi, berikut akan kami tunjukan berbagai model pentahapan dalam proses
inovasi yang berorientasi pada organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar