Jurnal yang berjudul Pengaruh
Iklim Komunikasi Organisasi PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya Terhadap
Kinerja Karyawan ini disunsun oleh Benedicta Yoanne.S , Prodi Ilmu Komunikasi,
Universitas Kristen Petra Surabaya pada tahun 2013
LATAR BELAKANG
Redding mengatakan iklim komunikasi
organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk
menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai
mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka
dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dan
menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi; mendengarkan
dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan
terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada
pra anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka
penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi; dan menaruh perhatian pada
pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan (Pace dan Faules, 2006,
p.148).
Pentingnya keberadaan iklim komunikasi
membuat Kopelman, Brief dan Guzzo membuat hipotesis yang menyatakkan bahwa
perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin pada nantinya akan mempengaruhi
kinerja (Pace & Faules, 2006). Kinerja
secara pengertian bukan hanya seedar merupakan hasil dari tindakan atau
kegiatan, tetapi juga termasuk kegiatan itu sendiri, Kinerja merupakan aksi
yang berorientasi pada tujuan dibawah pengawasan individu secara kognitif,
motorik, psikomotorik atau interpersonal. Pada dasarnya, kinerja seorang
karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda
dalam mengerjakan tugas pekerjannya (Miftah, 2001, p.80).
Banawi (2005) dalam penelitiannya
tentang hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan di
PT. Bumi Maspion Jaya Property menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan. Sama halnya dengan
penelitian regresi linier Prayogo (2006) menemukan bahwa ada pengaruh antara
iklim komunikasi organisasi terhadao kinerja pegawai di Club House Dian Istana.
Sedangkan menurut Riyadi (2012) dalam penelitiannya mengenai iklim komunikasi
dan kinerja Pimpinan Biro Humas Propinsi Jawa Tengah, iklim komunikasi organisasi
pada level pimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja.
Oleh karena itu untuk melengkapi hasil
kajian tentang pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan,
peneliti akan melakukan penelitian di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi dengan
kinerja pegawai. PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang industri yang memproduksi minyak kelapa.
Jalur distribusinya meliputi pasar-pasar tradisional di seluruh Pulau Jawa.
Perusahaan yang memiliki 76 karyawan ini berdiri sejak tahun 1985.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan
pihak HRD PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya, peneliti menemukan bahwa
komunikasi antara atasan dan bawahan berjalan dengan tidak seimbang (Deni, personal
communication, September 15, 2012). Yang dimaksud dengan tidak seimbang
tersebut ialah atasan hanya mendengar dan mempertimbangkan pendapat beberapa
bawahan khususnya karyawan yang lebih lama bekerja di perusahaan tersebut,
sehingga komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah tidak berjalan dengan baik.
Selain itu berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu staf divisi
produksi PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya, ada indikasi bahwa atasan kurang
cepat dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan kepada bawahan
(Aji, personal communication, September 18, 2012).
Hal-hal di atas berkaitan dengan
definisi iklim komunikasi organisasi menurut Pace & Faules. Informasi yang
kurang lancar tersebut mengakitbatkan para karyawan bekerja secara asal-asalan.
Peneliti juga menemukan beberapa pelanggaran jam kerja selama bulan September
2012, yaitu ada beberapa karyawan yang sering terlambat dan tidak masuk tanpa
ijin. Hal ini tidak sesuai dengan aspek kinerja yaitu responsivitas, tanggung
jawab dan akuntabilitas. Oleh sebab itu akan diteliti apakah ada pengaruh
antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan di PT Djatim Super
Cooking Oil Surabaya.
METODE
Konseptualisasi
Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan
metode survey yaitu riset, dengan menggunakan teknik pengumpulan data
kuesioner. Metode survey adalah merupakan metode pengumpulan “data primer”
dengan memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian (Ruslan,
2003, p.22).
Subjek
Penelitian
Rancangan sampel dalam penelitian
ini adalah rancangan sampel non probabilitas. Rancangan ini dipakai karena
tujuan penelitian ini bukan untuk memperoleh gambaran mengenai populasi
melainkan untuk pengujian hipotesis-hipotesis dalam penelitian awal (Azwar,
2005, p. 89).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2006). Alasan mengambil total
sampling karena menurut Sugiyono (2006) jumlah populasi yang kurang dari 100
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.
Keterangan :
Atasan (pimpinan divisi) : 4 orang
Bawahan (staf divisi) : 76 orang
Analisis
Data
Untuk melakukan analisis dalam
penelitian ini, beberapa teknik yang digunakan antara lain uji validitas, uji
reliabilitas, crosstab dan uji korelasi. Untuk melakukan analisis
hubungan kepuasaan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan,
peneliti mengolah data dalam distribusi frekuensi dan mean.
ANALISIS DESKRIPTIF
Pada temuan tersebut terlihat bahwa
nilai konstantanya adalah sebesar 17,081 yang artinya apabila tidak ada iklim
komunikasi organisasi (X=0), maka kinerja pegawai adalah sebesar 17,081 poin.
Sedangkan nilai koefisien regresinya memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,250
yang artinya setiap ada kenaikan iklim komunikasi organisasi, maka kinerja juga
akan mengalami kenaikan. Demikian sebaliknya, bila iklim komunikasi organisasi
mengalami penurunan maka kinerja juga akan mengalami penurunan.
Pada
tabel tersebut diketahui angkar R sebesar 0,502. Ini menunjukan bahwa korelasi
atau hubungan antara kinerja dan iklim komunikasi organisasi adalah kuat karena
angka R diatas 0,5. Besarnya pengaruh iklim komunikasi organisasi PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya terhadap kinerja karyawan adalah 25,2%. Hal ini
dapat terjadi karena factor-faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi
organisasi seperti kepercayaan, pembuatan keputusan bersama , kejujuran,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas,
serta perhatian pada tujuan-tujuan kinerja yang tinggi benar benar berpengaruh
sehingga membuat iklim komunikasi organisasi mempengaruhi kinerja sedangkan
sisanya sebesar 74,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar iklim
komunikasi organisasi. Ini membuktikan bahwa masih banyak variabel-variabel
lain yang mempengaruhi kinerja seperti halnya motivasi, kompensasi atau
komitmen yang dimiliki oleh karyawan itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Iklim komunikasi organisasi di PT.
Djatim Super Cooking Oil Surabaya dalam keadaan baik. Hal ini berdasarkan
dengan adanya kepercayaan dan keyakinan di setiap tingkatan. Kepercayaan yang
ada pada atasan hal tersebut dikarenakan atasan selalu memberikan masukan saat
karyawan sedang dalam kesulitan sehingga karyawan merasa percaya terhadap
atasan bawahan merasa percaya bahwa atasan mampu menjalankan tanggung jawab
sesuai job description divisinya masing-masing karena pihak PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya memilih pimpinan dengan seleksi yang ketat mulai dari
tes kemampuan hingga tes wawancara dan juga dari tingkat pendidikan yang tinggi
minimal S1. Dengan adanya bekal kemampuan tersebut, para karyawan PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya merasa yakin akan kemampuan atasan untuk memimpin
karyawan dan menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini didukung dengan
pernyataan oleh Muhammad (2005, p.112) yang menyatakan bahwa adanya kepercayaan
ini akan mengarahkan pada hubungan yang terbuka yang akan mempermudah adanya
persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan”.
Selain itu, adanya kemauan atasan untuk
mengakui kesalahan. Atasan yang mau berterus terang terhadap bawahan
dikarenakan atasan merasa dalam sebuah organisasi kesalahan yang semakin
ditutupi akan menimbulkan masalah-masalah baru kedepannya. Hal ini sependapat
dengan Pace & Faules (2006, p. 159-160): yang menyatakan bahwa “Suasana
umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai
hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan ”apa yang
ada dalam pikiran mereka“ tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada
teman sejawat, bawahan, atau atasan.
Adanya keyakinan terhadap bawahan dalam
menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan job description masing-masing
karena pihak PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya dalam menyeleksi karyawan
baru ketat dan harus berpengalaman di bidangnya misalnya untuk bagian marketing
harus lulusan dari Sarjana Ekonomi, selain itu sebelum bekerja karyawan baru
juga mendapatkan training terhadap tugas yang diberikan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan sebelumnya oleh Pace & Faules (2006, p.
159-160) bahwa personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat
kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas.
Bawahan juga mendapat kesempatan
berkomunikasi mengenai semua masalah di perusahaan dengan atasan maupun rekan
sejawat. Hal tersebut dikarenakan memang pada kenyataannya karyawan sering
mengutarakan bahkan berkonsultasi mengenai perkerjaaan mereka baik kepada
sesama karyawan maupun atasan masing-masing. Tidak jarang dari antar karyawan
saling bertukar pengalaman dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Pace & Faules (2006, p. 159-160) mengungkapkan bahwa
Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi
dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka.
Adanya kepercayaan yang tinggi terhadap
rekan sejawat merupakan suatu hal yang positif dimana karyawan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya mempunyai hubungan yang baik dengan rekan sejawat. Adanya
kepercayaan antar rekan sejawat dalam perusahaan karena pada PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya setiap sebelum melakukan aktivitas pekerjaan selalu
dilakukan briefing terhadap target pencapaian tiap-tiap divisi sehingga antara
karyawan satu dengan karyawan lainnya walaupun beda divisi dapat tercipta
kepercayaan. Kepercayaan terhadap rekan sejawat juga dapat meminimalisir
konflik dengan rekan sejawat seperti yang diungkapkan Muhammad (2005, p.120)
bahwa dengan adanya kepercayaan diantara karyawan dapat meminimalisir konflik
perusahaan dan hal ini dapat menumbuhkan iklim organisasi yang kondusif bagi
karyawan.
Iklim komunikasi organisasi di dalam organisasi
itu penting karena iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup
yang meliputi: kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana
perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa
yang ingin kita capai dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan
organisasi. Pace & Faules juga mengatakan bahwa iklim komunikasi tertentu
memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Perubahan iklim ini
mungkin pada gilirannya mempengaruhi kinerja dan produktivitas pegawai, akan
terlihat bahwa meskipun semua konsekuensi praktik-praktik perbaikan
produktivitas mencerminkan perubahan dalam iklim, banyak yang demikian. Iklim
secara umum dan iklim komunikasi secara khusunya, berlaku sebagai faktor-faktor
penengah antara unsur-unsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda
keefektivan organisasi seperti produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas
(Pace & Faules, 2006, p.148).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
analisa regresi linear sederhana diketahui bahwa nilai koefisien dari variabel
bebas kepuasan komunikasi organisasi adalah positif, hal ini menunjukkan adanya
hubungan searah antara variabel iklim komunikasi organisasi dengan variabel
kinerja karyawan. Yang artinya setiap ada kenaikan iklim komunikasi organisasi,
maka kinerja juga akan mengalami kenaikan. Demikian sebaliknya, bila iklim
komunikasi organisasi mengalami penurunan maka kinerja juga akan mengalami
penurunan. Maka dalam penelitian ini Ho ditolak dan H1 diterima dalam artian
ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan di PT.
Djatim Super Cooking Oil Surabaya. Ini membuktikan bahwa hipotesis yang pernah
diungkapkan oleh Kopelman, Brief perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin
pada nantinya akan mempengaruhi kinerja adalah benar (Pace & Faules, 2006,
p.148).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian untuk
mengetahui pengaruh iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan pada
PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier sederhana, diketahui
nilai signifikan dibawah 0,05. Berarti bahwa dapat disimpulkan terdapat
pengaruh iklim komunikasi dengan kinerja karyawan signifikan dibawah 0,05.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada ada pengaruh antara
iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan di PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya terbukti kebenarannya.
Kemudian untuk pengkategorian
masing-masing variabel iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan
didapatkan hasil bahwa untuk variabel iklim komunikasi organisasi lebih dominan
masuk kategori sedang dan untuk kinerja karyawan masuk kategori tinggi. Iklim
komunikasi organisasi yang memiliki mean indikator tertinggi adalah kemauan atasan
untuk diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah di
perusahaan sedangkan mean indikator kinerja karyawan tertinggi adalah dimensi
akuntabilitas yakni mengenai mengenai kemampuan karyawan menyelesaikan tugas
yang diberikan atasan dengan baik dan memiliki mutu yang tinggi dalam setiap
mengerjakan tugas.
Dari
penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian variabel lain yang
memiliki hubungan dengan kinerja kerja seperti misalnya motivasi dan
kompensasi. Selain itu, peneliti berharap kepada karyawan untuk dapat lebih
mendukung iklim komunikasi yang baik bagi perusahaan khususnya mengenai
pengakuan saat melakukan kesalahan dalam bekerja karena saat ini sebagian besar
karyawan masih enggan untuk mengakui kesalahannya Diharapkan dengan adanya
pangkuan saat melakukan kesalahan dapat dicari permsalahannya dan dievaluasi
bersama dengan perusahaan